RESTRUKTURISASI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) PANTAI PANGANDARAN
Itu baru salah satu permasalahan para nelayan di pantai pangandaran. Mungkin tidak kita sadari , ketika kita makan di rumah makan atau restoran yang menyediakan menu Seafood , tak jarang kita mengeluh karena setelah menikmati hidangan Seafood restoran kantong kita habis terkuras tak lain karena harga Seafood yang terlampau mahal. Pernahkah kita berpikir, berapa Bandar ikan/tengkulak membeli hasil tangkapan ikan nelayan selama seharian ? Masalah inilah yang selalu menghantui para nelayan. “ Tapi ya mau bagaimana lagi, kami ini butuh uang untuk menghidupi keluarga kami seharian?” ujar para nelayan ketika ditanya perihal masalah ini. Karena masalah itu, maka munculah inisiatif dari para nelayan Pangandaran untuk membentuk “Tempat Pelelangan Ikan”. Ide kretif ini muncul begitu saja. Namun pada perkembangannya, TPI/ Tempat Pelelangan Ikan ini tidak berjalan seperti yang diharapkan. TPI yang awalnya menjanjikan penghidupan yang lebih baik bagi nelayan ternyata hanya angan angan belaka. TPI diharapkan bisa memakmurkan nelayan dengan membeli hasil tangkapan laut para nelayan lebih tinggi dari Tengkulak. Namun dalam perjalanannya, hal ini tidak selaras. Para nelayan mengeluhkan kinerja dari pengelola TPI yang lamban. Untuk menjadi anggota TPI , para nelayan harus menjual hasil tangkapan ikan sampai mencapai angka yang ditentukan. Padahal dalam kenyataannya, hasil tangkapan nelayan tidak menentu. Sehingga untuk memenuhi syarat itu sangat sulit. Untuk hal peminjaman uang, TPI sebenarnya menyedikan untuk para nelayan. Namun sayangnya, lagi lagi masalah ada pada persyaratan yang menyusahkan para nelayan, yaitu harus bebas dari utang. Jika persyaratan itu dipenuhi barulah pihak TPI mau meminjamkan uang. Dan di TPI tidak menyediakan fasilitas apapun untuk nelayan yang tidak menjadi anggota. “ Keadaan TPI banyak yang bertolak belakang sama yang diminta nelayan” tutur salah seorang narasumber. Jangan salahkan tengkulak, jika ternyata 75% nelayan di pangandaran lebih suka menjual hasil tangkapannya kepada tengkulak daripada ke TPI, meskipun dihargai jauh lebih murah daripada TPI. Apalagi dengan fasilitas fasilitas yang menggiurkan dari para Tengkulak. Salah satunya adalah pinjaman tanpa syarat. Belum lagi bantuan modal yang cuma cuma seperti jaring, bensin, motor, kapal. Apapun yang nelayan minta pasti diberikan asal dengan satu syarat yaitu menjual hasil tangkapannya pada tengkulak. Alasan lain para nelayan kembali menjual hasil tangkapannya pada tengkulak adalah tidak lain karena tengkulak tidak pernah mengikat dengan syarat syarat yang menyulitkan.
Inilah realita kehidupan nelayan di Indonesia, khususnya di pantai Pangandaran. Entah, pemerintah masih akan diam dan membisu. Tidak mau mendengarkan aspirasi dari rakyat kecil. Ini hanya sebuah masalah kecil dibandingkan dengan masalah dana talangan Century yang memakan 6,7 Triliun. Masalah ini bisa diselesaikan dengan uang yang tidak seberapa dibandingkan dana talangan Century. Hanya untuk merenovasi kinerja dan fasilitas pelayanan yang diberikan TPI , Pemerintah tidak akan pernah menyangka bahwa 5 sampai 10 tahun ke depan, hal ini bisa menjadi investasi yang paling menggiurkan. Saya yakin .
0 komentar:
Posting Komentar