Satu dua kasus, lalu berlanjut menjadi setumpuk dua tumpuk dan bertumpuk-tumpuk di meja hijau. Dan semuanya tentang dua kata : degradasi moral. Korupsi, suap dan berbagai kriminalitas lainnya. Mau dikemanakan masa depan negara ini? Pertanyaan ini yang sering muncul dan seminggu yang lalu saya sampaikan pada dosen saya di kelas. Dan jawabannya tentu sudah sering saya dengar, masih sama, “Jika kamu tidak bisa memberikan solusi untuk sekarang ini, maka jangan menjadi bagian dari masalah itu sendiri.” Simpel, lugas dan jelas. Well, seandainya ini dipahami oleh pejabat-pejabat kita di atas sana. Tidakkah mereka bisa membuka telinga mereka sedikit dan mencoba mendengarkan suara rakyat? Come on, kami bukan patung yang bisa kalian diamkan atau budak yang bisa diperlakukan seenaknya. Tanpa suara kita, mereka bukan apa-apa. Inilah keadaannya, tidak jauh beda kan dengan orde baru?
Demokrasi hanya menjadi kambing hitam. Sama seperti pancasila pada era orde baru. Semua orang mensakralkan pancasila sebagai identitas bangsa. Pancasila dianggap sebagai sebuah pembaharu, yang nyatanya pancasila sebenarnya memang sudah ada sejak dulu. Pancasila menjadi alat bagi para penguasa untuk menghalalkan segala cara untuk menggapai semua keinginan mereka. Rakyat? Terkekang. Orde biru, demokrasi menjadi alat bagi para penguasa untuk melakukan hal yang sama. Money politic menjadi sebuah fenomena yang diwajarkan dan demokrasi masih saja berani dijunjung-junjung tinggi. Cross pasti, namun inilah kenyataannya.
Di sisi lain, kami, mahasiswa, dihasut pelan-pelan oleh dosen,politisi,pakar ekonomika dan yang lainnya bahwa kami dan Indonesia punya masa depan cemerlang yang mungkin tidak akan pernah dibayangkan sebelumnya. Indonesia dari berbagai sumber berpotensi menjadi Leader Economics of the World mungkin 50-100 tahun lagi. Well, siapa yang tidak tergiur dengan wacana ini? “World” mungkin agak berlebihan, Asia saja saya rasa sudah sangat membanggakan. Atau setidaknya kita bisa menyamai atau menggantikan negara-negara yang sekarang sedang kolaps perekonomiannya : Inggris, Yunani, Jerman. Kami dihantam dengan kenyataan-kenyataan yang memang benar adanya : Ya, Indonesia punya potensi lebih. Namun dibalik itu, kami seperti tidak mendapat dukungan dari pihak pemerintah. Kami diberi ruang, kami menyampaikan lalu suara kami dibuang seperti sampah.
Idealis memang. Tak ada salahnya, selama ini demi kebaikan. Dan btw, setelah orde biru ini orde apa ya yang akan menjadi pengganti? Kuningkah? Saya harap suara indonesia untuk presiden yang akan datang murni dari hati, bukan karena uang sogokan. Kita ingin negara kita bersih kan? So, mulailah dari diri sendiri. Belajar jujur dan beretikalah dengan baik. Adaptasi pada jabatan baru itu jauh lebih mudah dan tidak butuh waktu lama, tetapi etika tidak bisa dibangun dalam waktu singkat. Etika adalah cermin dari keseharian dan kepribadian kita. So, bagi yang koruptor? No comment.
skip to main |
skip to sidebar
Do what to do, learn what you want to learn, stay calm and moving forward
Orde Biru
Diposting oleh
Noviati Wani Wibawati
di
22.07
Label:
Untuk Indonesia
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Walking to this blog
Contact
If you have something to ask/ review send me email at noviatiwibawati@gmail.com
Entri Populer
-
Ini adalah postingan tentang sinopsis film korea yang pertama kubuat. Hehe. Film ini berjudul Wedding Dress. Ketebak kan dari judulnya? Fil...
-
Judul : Babo (Miracle of Giving Fool) Durasi : 1.43.15 Cast: Cha Tae-Hyeon, Ha Ji-Won, Park Hee-Sun Genre : Friendship, Brothers...
-
Ini dia sinopsis kedua yang aku tulis untuk drama korea. Kali ini judulnya Its Okay Daddy's Girl. Highly recommended buat kalian semua....
-
Sekitar sebulan yang lalu, saya agak bingung untuk memutuskan akan membeli facial wash apa karena facial wash yang saya biasa pakai suda...
-
Entah kesambet apa, saya lagi pengen bahas kuliner di Jogja terutama jalan tamsis. Karena saya orang Jogja Selatan, susah kalau mau makan e...
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar