Dibalik Training Ekonomi Syariah 2 : Pembelokan Cita-cita

TES 2 adalah sebuah rangkaian pengkaderan pengurus SEF UGM. TES 2 dilaksanakan tadi malam. Saya nelat karena sebelumnya saya ada kuliah dan ada sebuah acara yang tidak bisa ditinggalkan. Begitu saya dateng di depan ruang U314 tiba-tiba ditodong Mbak Nanda. Karena panitia PH yang sedikit akhirnya saya ikut digelontorkan jadi LO pembicara -__- Usai itu di depan U314 ketemu Mbak Gita yang langsung ngasih tau, beliau pembicara adalah alumni SEF 2001 yang sedang hamil dan menunggu suaminya untuk dijemput usai acara. Akhirnya saya pun masuk ke ruangan dan naruh tas. Sekilas liat mbak Azizie (nama mbaknya) langsung terpukau dengan auranya. Aura yang nggak biasa menurutku. Dan memang betul lho! Setelah beliau selesai mengisi acara, saya langsung nge-LO-in beliau. Dan eh eh ternyata di luar dekat tangga utama itu sudah ada suaminya. Akhirnya saya cuma ikut nimbrung diantara mereka. Dasarnya praktisi ya, mereka nggak usah disuruh langsung banyak bercerita. Suaminya, kalau nggak salah namanya mas mirwan, sudah banyak makan garam di dunia ekonomi kapitalis entah pasar modal, perbankan, sampai perusahaan multinasional. Beliau sudah merasakan karir mulai dari jadi marketer sampai jadi direktur analis dan sudah menangani puluhan perusahaan. Beliau adalah teman dekat juga Pak Adimwarman Karim dan pernah semeja berdiskusi dengan Sri Mulyani dan SBY. Langsung deh sinyal kepengen tau banyak saya muncul. 

Beliau sempat bertanya saya jurusan apa dan saya jawab akuntansi. Mbak Azi tanya saya mau kerja dimana nanti. Tet tot, dalam tiga hari terakhir sudah ada tiga praktisi ekonomi yang tanya ke saya begitu -___- dan jawaban saya nol, belum ada bayangan maunya sih auditor. Dan reflek mereka cerita : jangan jadi auditor. Dikisahkanlah banyak teman mereka yang sakit-sakit-an usai lima tahun jadi auditor, paling aman hanya dua tahun. Padahal sebelum itu saya pengen banget jadi auditor. Ternyata memilih kerjaan tidak segampang yang saya bayangkan -__- Lalu mereka juga cerita tentang teman-teman mereka di KAP, dan hasilnya sama saja. Banyak yang sakit setelah menangani klien beberapa tahun karena kerjaannya yang berat dan rawan suap. Pada akhirnya memang yang paling aman adalah bekerja di perusahaan saja, tetapi itu sulit untuk naik ke top management. 

Selain diskusi mengenai kerjaan, kita juga diskusi mengenai hubungan SEF-Fossei. Betapa SEF tidak harmonis dengan Fossei. Yah kelihatannya memang begitu. Masnya itu menggelontorkan berbagai alasan mengenai betapa beruntungnya kamu kalau jadi anak Fossei. Beliau anak Fossei Jogja, dan berkat hal itu beliau dicari banyak orang di top management seperti BI, Bappepam dll. Akan sangat sayang kalau kalian nggak nampang disana, katanya. Selain itu, beliau juga banyak menawarkan diri menjadi pembicara entah di kajian SEF atau di diskusi intelektual. Katanya asal dipasangkan sama mas Duddy soalnya beliau udah agak-agak lupa materi ekonomi syariah. Beliau juga bersemangat sekali ketika bercerita mengenai perbankan syariah. Kamu yakin uang ummat diputar dengan halal? Jawabannya tidak, kata beliau. Bahkan mbak Azie yang dulu sempat bekerja di BNI Syariah, 99% kepemilikan saat itu adalah milik BRI konvensional. Betapa miris. Belum lagi mengenai perbankan syariah yang memutar uangnya ke pasar modal bahkan forex! Kamu taruh 100juta ke forex dalam sehari uang itu akan berubah jadi 1milyar, katanya. Itulah yang dilakukan bank syariah! Belum lagi perdagangan di pasar modal. Uang siapa yang digunakan ? Uang kalian, uang ummat, uang nasabah. Ctarr, kalo kata syahrini -___- Ditambah lagi, di pasar modal itu tetap ada bunga. Bunga mau gimanapun bentuknya ya tidak boleh, maka kesimpulannya? 

Kalau dikupas sedalam-dalamnya perbankan syariah itu nol persen ada di Indonesia – kata Beliau.