Dengan suara yang lemah, wanita tua memanggil setiap tukang becak yang lewat dihadapannya. Wanita tua itu mengenakan baju bercorak bunga yang telah kusam, begitu pula roknya. Rambutnya putih, sebagian besar tertutup tudung kepala. Wanita tua itu mengenakan sandal jepit dan menenteng sebuah dompet yang nampak lapuk karena diterkam waktu. Di bawah mata lesu wanita tua terdapat sebuah goresan luka yang membuat semua orang yang melihatnya bertanya-tanya asalnya. Dengan begitu sabar wanita tua menunggu, namun tak satupun tukang becak berhenti untuk memberi tumpangan pada wanita tua itu, meski sebenarnya becak-becak tersebut tidak sedang mengangkut penumpang. Remaja SMA, mahasiswa bahkan pria dan wanita karir berlalu lalang di sekitarnya, tak ada yang peduli, tak ada yang mengulurkan tangan memberi bantuan. Mobil-mobil mewah bagai putaran film yang dipercepat melintas gagah dihadapan wanita tua, tak ada yang berhenti bahkan menengok hanya melihat pun mereka enggan. Wanita tua itu mendekati seorang mahasiswa di dekatnya dengan langkah tertatih-tatih, belum sampai ke arahnya namun mahasiswa tersebut pergi sambil menunjukkan wajah angkuh dan langkah tinggi hati. Wanita tua itu kembali ke pinggir jalan, berusaha melambai-lambaikan sebelah tangannya yang kosong untuk memanggil becak kembali. Belasan sudah becak melewati tempat itu, tak ada satupun yang sudi memberhentikan becaknya. Wanita tua menunduk dengan wajah lelah.
Di terik siang itu ia berkata, “Kutaku wis owah, gawe ora betah.”
Keterangan : Kutaku wis owah, gawe ora betah : Kotaku (Yogyakarta) sudah berubah, membuat (penghuninya) tidak nyaman lagi.
0 komentar:
Posting Komentar