Tulisan ini hanya sebagian kecil dari pengalaman yang saya dapatkan selama belajar bersama di Shariah Economics Forum Universitas Gadjah Mada selama satu setengah tahun terakhir. Awal mula saya tergabung dalam barisan perjuangan ini adalah ketika mas Rahmatdi mengsms saya perihal kajian dwi pekanan SEF ke saya sewaktu saya masih SMA. Saya sih waktu itu enggak sadar kalo itu bisa jadi salah satu jalan pengkaderan. Begitu masuk kuliah di FEB, semakin dekatlah saya dengan komunitas bernafas ekonomi islam itu. Saya cukup kagum dengan keberadaan mereka yang tetap eksis walau sebenarnya ilmu yang mereka pelajari di sana cukup bertentangan dengan apa yang dipelajari di kelas, terutama saya yang akuntansi. Semangat berjuang itu terpatri kuat di dalam jiwa mereka. Saya cukup kagum waktu itu dengan tagline mereka yaitu SEF goes to Asean, walau waktu itu bukan goes to asean yang saya cari tetapi ada sesuatu yang lain yang ingin saya gali. Saya sempat ikut satu-dua kompetisi ekonomi islam saat SMA jadi saya cukup bersemangat untuk mencari tahu lebih apa itu ekonomi islam yang sebenarnya dengan kacamata yang berbeda. Karena saya emang nekat, saya masuk dengan sembarangan ke grup SEF di facebook yang notabene adalah untuk anak internal SEF. Kan kalau masuk tu di grup facebook dulu ada notifikasi di wall kalau si A baru saja dimasukkan ke grup, nah nama saya muncul. Langsung deh tetua *oops maksud saya kakak kelas saya waktu SMA dua orang ngomen di wallpost itu, “eh ngapain ini masuk sini?” kurang lebih begitu. Malu? Sekarang sih baru kerasa malunya .____. Jadi entah kenapa grup facebook itu jadi open setelah kejadian itu .__.
Maaf.
Awalnya saya masuk di departemen Riset, bersama Manda, Bayu, Anin, Andira, Ghif, Zidnie, Nurul dan Aldo. Tapi entah kenapa saya merasa tidak mendapatkan apa yang saya cari waktu itu. Akhirnya saya diplotting ke PSDM, hingga saat ini. Ada banyak hal yang saya dapatkan selama di SEF, pun secara kepribadian saya juga berkembang, lebih dewasa dan sabar. Selain teman, saya juga mendapatkan keluarga di sana. Kebetulan saya anak pertama tapi di SEF saya bisa merasakan punya banyak kakak, kakak dalam arti yang sesungguhnya. Dari segi keilmuan, saya dapatkan juga banyak ilmu dan pengetahuan baru. SEF mewadahi banyak diskusi, kajian dan kelas ekonomi islam. Kami juga diberikan ruang untuk sharing informasi dengan kelompok studi lain baik di UGM maupun di universitas lain.
Tiga bulan lagi genap sudah dua belas tahun SEF berdiri. Ibarat pohon, hakikat organisasi adalah tumbuh dan berkembang. Semakin tua, semakin bergunalah ia bagi orang banyak. Semakin tua, semakin dirasakanlah kehadirannya di sekitarnya. Semakin tua semakin dirasa kebutuhannya bagi setiap orang. Untuk terus tumbuh, sebatang pohon harus disiram dan mendapatkan cahaya matahari yang cukup. Untuk terus menggemakan ekonomi islam, SEF membutuhkan kader yang hanif, konsisten, kompeten, profesional dan tentu konstributif. SEF adalah sebuah proses. Proses mengajak, membaur, memberi, dan memahami masalah ummat. SEF menjawab permasalahan ekonomi islam saat ini yaitu kader. Karena itu, SEF bukanlah sekedar organisasi, lebih dari itu. SEF adalah amanah.
“Setiap kalian adalah pemimpin dan karenanya akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Amir adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban tentang mereka. Lelaki adalah pemimpin di tengah keluarganya dan ia akan diminta pertanggungjawaban tentang mereka. Seorang wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan atas anak-anaknya dan ia akan diminta pertanggungjawaban tentangnya. Seorang hamba adalah pemimpin atas harta tuannya dan ia akan diminta pertanggungjawaban tentang itu. Dan setiap kalian akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya.” (Muttafaq ‘Alaih)
0 komentar:
Posting Komentar