Sore ini, menjelang maghrib, tanganku tergerak untuk menuliskan sesuatu. Bukan tentang purna siswa tadi siang, ini lebih mendesak dan entahlah aku merasa ini harus segera dibagi. Ketika peluh dan letih sedang terkumpul, saat itu aku bertemu dengan seseorang. Tadi siang, sepulang purna siswa, aku bertemu ibu-ibu yang entah siapa dia. Kami sama-sama menunggu bis jalur 15 di perempatan wirobrajan. Saat itu aku letih sekali, selepas wisuda, dan ingin segera menginjakkan kaki di rumah. Setelah menunggu agak lama, bis yang kami tunggu datang. Dengan tergesa-gesa aku mengejar bis, ternyata aku sedang tidak beruntung. Bisnya penuh sekali, si kenek memaksaku untuk ikut bis itu. Namun, aku enggan. Bukan males berdiri, atau pokil :p aku cuma ndak mau mendzalimi orang lain, bis penuh seperti itu nggak etis rasanya tetap memaksakan diri masuk. Yasudahlah, aku kembali menunggu bis selanjutnya di perempatan wirobrajan. Disinilah titik mulanya.
Ketika sedang menunggu bis kedua yang tak kunjung datang lama sekali, tiba-tiba seorang ibu-ibu datang menghampiri. Ibu-ibu itu mengenakan baju warna hijau muda yang sudah kumal dan celana panjang, menenteng sebuah tas plastik hitam dan tas kecil. Jilbabnya pendek dan berwarna hijau, badannya terlihat letih tetapi matanya memancarkan sinar kehangatan. Ia mengajakku berbicara, " nek bis penuh koyo ngono yo rapenak to mbak, aku terimo nggolek bis liyane." Aku membalasnya dengan senyuman. Dari sinilah perbincangan kami dimulai. Aku tidak banyak bicara, aku lebih ingin mendengarkan kali ini. Hanya sekali dua kali menanyakan hal-hal yang aku belum jelas. Bis yang kami tunggu datang, kami naik bersama. Kami duduk bersebelahan, disinilah cerita ibu-ibu itu terdengar semakin menarik.
Ibu-ibu yang aku temui, beliau bercerita, bekerja sebagai tukang parkir di THR. Setiap harinya, beliau naik bis jalur 15 untuk pergi bekerja di sana. Terlihat jelas beliau tidak sedang mengeluh, beliau bahkan tersenyum, sepertinya ia sedang mengenang sesuatu yang aku tak tahu itu apa. Kami sampai di perempatan ngabean, tepat sedang lampu merah. "Mbak, wonten riki niku kerep nganakke poco-poco lho". Aku melihat ke arah yang sama ibu itu lihat. Praktis aku tahu lapangan parkir ngabean memang sering ada acara. "Wonten hadiahe niku poco-pocone" kata ibu itu. "Hadiah, wonten hadiahe?" rasa penasaranku membuncah. Beliau bercerita banyak tentang event poco-poco itu. Awalnya aku tidak terlalu tertarik, ibu itu bercerita hadiahnya ada banyak sekali salah satunya kulkas. Saking excited bercerita, ibu itu mengeluarkan undangan poco-poco yang ada di tasnya. "undangan?" tanyaku. "inggih undangan mbak, niki kula dikirimi undangan lho nggo poco-poco niku" jawab ibu itu. Saya agak heran, hari gini kalau mau poco-poco harus dapat undangan dulu ya? -..-, Ibu itu berkutat dengan dua tasnya, mencari undangan yang dimaksud, dan saya hanya menatapnya sedih. Ibu itu mengeluarkan sebuah brosur yang dia katakan tadi undangan, memang ada namanya sih tapi saya rasa itu lebih cocok dipanggil brosur, ia tunjukkan pada saya. "Ini hadiahnya, akeh" jelas ibu itu. Ommo, apa itu hadiahnya ada Ipad banyak banget -..-! Saya jadi pengen ikutan Haha.
Ibu itu masih terus bercerita banyak. Terlihat sekali ia ingin mendapatkan salah satu hadiah yang ada di brosur. Walau mungkin ia tak tahu apa kegunaan hadiah itu. Aku terharu dan merasa sedih sekali. Ibu ini hanyalah salah satu dari sekian banyak ibu-ibu yang berusaha memperjuangkan hidupnya di dunia ini. Selama perjalanan di bis, ibu itu selalu menawarkan bangkunya pada orang lain yang baru saja masuk bis dan tidak kebagian tempat, betapa ia sangat mengasihani orang lain. Perpisahan itu terjadi tepat di depan Purawisata. Ibu itu turun dari bis, mengejar recehan yang mungkin bagiku dan kau para pembaca tidak seberapa. Entahlah, aku merasa berkewajiban menyampaikan hal ini. Dengarkan aku, camkan baik-baik. Bersyukurlah kalian! Sisakan sedikit saja rezekimu untuk orang lain. Berapa banyak orang-orang seperti ibu-ibu tadi di dunia ini ? Berapa banyak anak yang berhenti sekolah karena biaya? Berapa banyak anak-anak yang mati kelaparan? Tolong, bantulah mereka. Kalau kau punya uang Rp. 5000, sisakan Rp. 500 berikan pada mereka. Jangan ragu untuk mengulurkan tangan kalian, Allah pasti akan menggantinya. Ketika di perempatan jalan kau temui banyak penjual koran, belilah satu saja koran mereka. Tahukah kau berapa keuntungan menjual koran? Sedikit sekali, teman-teman. Bantulah mereka, dengan begitu engkau membantu menyelamatkan hidup orang lain. Dengan segala kerendahan hati, tolong bantulah mereka.
Sederhana saja, ulurkan tanganmu.
-inilah mengapa aku suka bepergian naik bis, aku banyak belajar-
Go Green!
2 komentar:
waaahhh... mak jleb,...
eh,eh, btw judul postingnnya sama kaya judul blogku...
jadi kangen naik bis lagi :)
eh, kamu kok cepet banget nerima commentku -..-!
iya, ni makjleb jleb.
ayyo, nai, bis aja. Go Green Go Green GO GO GO!
Posting Komentar