Pages

Hidup Kedua (Other Story)


“Kau, selama kau hidup sampai saat ini adakah kejadian yang benar-benar kau tidak menyangka akan terjadi padamu dan kau sangat bersyukur sekali hal itu terjadi?”
“Ada”
“Apa?”
“Hidup keduaku”

Flashback

Waktu sudah menunjukkan pukul 01.00 pagi, aku dan ketiga kolegaku memutuskan untuk segera pulang. Kami tinggal satu apartemen, jadi kami selalu berangkat dan pulang bekerja sama-sama. Oh iya aku adalah seorang penyiar radio, aku baru saja mengakhiri siaran malamku di salah satu stasiun radio terbesar di negara ini. Aku mendapat jadwal siaran dari jam 10 malam sampai tengah malam. Hanya dua jam saja, tetapi itu cukup membuatku kelelahan luarbiasa. Aku dan ketiga seniorku memasuki mobil yang akan mengantar kami ke apartemen. Aku duduk di bangku depan, bersebelahan dengan supir. Ketiga seniorku duduk di belakang. Perjalanan antara stasiun radio dan apartemenku memang cukup jauh. Aku memasang headset di telingaku, kupejamkan mataku mengikuti irama lagu ballad yang berdendang di telingaku. Dan tiba-tiba semua gelap.

Aku tidak menyangka bahwa pemandangan yang aku lihat saat itu, jalanan dan mobil yang berlalu-lalang di kanan-kiriku, adalah pemandangan terakhir yang aku lihat di dunia. 

Brak Brak Brak.

Suara itu begitu keras, Aku tidak tau apa yang terjadi. Badanku tidak bisa kugerakkan. Mataku sulit sekali terbuka. Teriakan orang-orang menggema di sekelilingku, tetapi suara mereka sangat jauh semakin lama semakin jauh. Aku berusaha membuka mataku, aku HARUS membuka mataku. Aku baru menyadarinya setelah mengerjapkan mataku berkali-kali. Aku baru saja mengalami kecelakaan hebat. Tubuhku? Sebagian tubuhku terbaring di jalan, sebagian lagi di trotoar. Aku merasa tulang rusukku patah. Ah sakit sekali. Aku mengerjapkan mataku sekali lagi berusaha mencari bantuan. Dan dialah orang pertama yang aku liat, seniorku dengan luka-luka pada tubuhnya, seniorku berlari menghampiriku. 

“Hyun, bertahanlah. Tetap buka matamu” Ia menggenggam tanganku dan menuntunku berdoa bersamanya.

Semua memori itu muncul. Kenangan-kenangan masa laluku. Ketika aku masih duduk di bangku sekolah dasar, semua kenakalan-kenakalanku muncul berkelebatan di dalam kepalaku. Aku yang selalu malas ketika diajak shalat berjamaah di masjid oleh kakak. Aku dengan segala kekanak-kanakkanku. Aku yang duduk dibangku SMA. Aku yang tidak pernah bersyukur dengan segala kelebihan yang Allah berikan kepadaku. Astaghfirullah. Sekarang aku tahu bagaimana orang mati itu. Inilah yang mereka rasakan.

Hal terakhir yang aku liat adalah senior tertuaku yang berlumuran darah di wajahnya, astaghfirullah wajahnya bahkan terlihat seperti orang mati. Ia diangkut oleh orang-orang yang berdatangan entah darimana meonolong kami. Ia menggerakkan tangannya menunjuk ke arahku, susah payah ia melakukannya.

Ia berkata dengan pelan sambil menahan sakitnya,
“Adikku, Hyun”

Dan itu adalah kalimat terakhir yang aku dengar darinya dan semuanya gelap.
Flasback End 

“Kata seniorku, aku koma selama dua minggu. Aku tidak tau apa yang terjadi. Aku tidak mengerti mengapa aku bisa bertahan hidup sampai sekarang. Aku tidak tahu bagaimana dulu aku makan, buang air, mandi dan hal-hal lain yang sampai aku gila aku tidak akan pernah mengerti. Kata-kata terakhir yang aku dengar berasal dari seniorku itu. Aku bersyukur aku masih diberikan kesempatan kedua. Tetapi, ujianku tidak sampai di kecelakaan hebatku itu saja”

Flashback

Aku mendengar keributan di luar kamar inapku. Ayah dan Ibuku sedang berbicara dengan dokter di luar sana. Sudah lewat satu minggu sejak aku sadar dari tidur panjangku. 2 minggu bukan waktu yang singkat, selama 2 minggu aku tidak merasakan apa-apa sampai pada akhirnya aku terbangun. Tubuhku seperti patung, tidak bisa digerakkan. Suara yang keluar dari tenggorokanku hanya sebatas emm dan uhh. Semua peristiwa ini benar-benar membuatku gila. Apa yang harus aku lakukan?

Seminggu kemudian, Ayah menjelaskannya kepadaku. Aku mendengar dengan mata tertutup, tubuhku benar-benar tidak bisa mematuhi perintah dari otakku. Kata ayah, aku harus melakukan operasi pada tenggorokanku supaya bisa membuka jalur pernapasan pada tubuhku. Dokter yang sedari tadi hanya berdiri dan diam menghampiriku dan menggenggam tanganku. Presentase keberhasilan operasi ini hanya 20%, Hyun bisiknya di telingaku. Tanpa sadar, air mataku menetes. Aku benar-benar tidak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang.

Seharusnya, sebulan yang lalu adalah jadwal operasiku. Tetapi, pada akhirnya aku tidak jadi dioperasi. Ayahku benar-benar menjadi malaikatku saat itu. Ketika dokter memberitahuku bahwa presentase keberhasilan operasiku begitu kecil, ayahku memotong peryataan dokter yang menangani sakitku itu. Anakku, adalah penyiar radio. Hidupnya bergantung pada pita suaranya. Hidupnya dihabiskan dengan berkelana dari satu acara ke acara lain untuk menjadi MC. Jika operasi ini hanya akan menghilangkan asset paling berharganya itu, aku ragu melakukannya. Bisakah kita tidak membicarakan topik operasi ini lagi?

Flashback End

“Lalu apa yang terjadi setelah itu? Bagaimana hingga akhirnya kau bisa mendapatkan suaramu kembali?”

“Keajaiban. Saat itu, aku benar-benar sedih. Aku tidak tau harus mencurahkan isi hatiku kepada siapa. Tidak ada satu orangpun yang bisa mengerti keadaanku saat itu, karena aku tidak bisa berbicara pada mereka. Sampai akhirnya aku menemukan jawabannya. Aku punya Allah. Ya, aku punya Tuhan yang akan selalu mendengarkan keluh kesahku. Aku punya Allah yang akan mengeluarkanku dari segala sakit ini. Saat itu, akhirnya aku menemukan ruhku kembali yang selama ini hilang. Aku tidak henti-hentinya berdoa. Sampai pada akhirnya, seorang dokter dari Singapura mendatangi kamarku. Dokter itu entah darimana tau keadaanku dan memberikan support besar dalam kesembuhanku. Ia memberiku secercah harapan. Aku tau Allah mengirim orang itu untuk menolongku. Pada akhirnya, ialah malaikat penyelamatku. Ia memberikan metode penyembuhan tanpa harus operasi. Aku masih ingat sekali namanya. Kejadiaan itu sudah 4 tahun berlalu, namun aku masih ingat betul wajahnya. Setelah 4 bulan treatment, suaraku kembali seperti semula. Dan 5 bulan setelahnya, aku bisa berjalan lagi”

“Subhanallah, Allah pasti sangat menyayangimu. Kisah hidupmu benar-benar luarbiasa. Semoga pendengar bisa mendapat banyak pelajaran dari kisah hidupmu, Hyun”

“Terimakasih, semoga”

Ia menutup siarannya. Kami berbincang-bincang sebentar, lalu aku memutuskan pulang. Aku tidak menyangka bahwa hari ini akan tiba, hari dimana aku menjadi tamu dalam acara yang pernah aku bawakan 4 tahun lalu. Setelah kecelakaan itu, aku memutuskan berhenti menjadi MC dan Penyiar. Ah, bukan. Tepatnya bukan berhenti, tetapi aku bermetamorfosa menjadi pribadi yang baru. Dulu aku menjadi MC dan Penyiar dalam acara-acara nuansa remaja, mayoritas acara yang aku bawakan bernuansa musik, tetapi kini aku menghabiskan waktuku untuk menjadis MC di acara-acara keagamaan. Aku sama sekali tidak menyesal. Aku bisa melanjutkan kegemaranku dan sekaligus mengabdikan diriku pada Tuhanku. Aku sangat bahagia dengan apa yang aku jalani sekarang. Hidupku lebih tenang dan aku jadi mengerti apa itu rasa syukur. Dan aku menjadi lebih dekat dengan Allah. Alhamdulillah.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright © Thipposite. Template created by Volverene from Templates Block
WP by Simply WP | Solitaire Online