Pages

Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan

Menua Bahagia

Embun pagi menari di atas kembang
Mendekat menyatu bersama rasa
Keluh, protes dan enggan dedaunan
Menyambut rusuh datangnya pagi yang memaksa

Kicau dara memanggil ke dalam ruang
Hey hari ini bukan hari biasa kawan, katanya
Gadis kecil menari ceria keluar kandang
Menembus cakrawala dunia yang penuh nestapa

Pergi

Tegar
Kau tega
Pergi
Tinggalkanku sendiri
Kini, aku
Diam
Berbicara tak seperti biasanya
Sendiri
Mengomel
Pada tembok yang terus diam
Apa aku gila?
Kemana kau pergi?
Kemana kau pergi?
Wahai inspirasi

Aku Belajar

Aku belajar
Tentang ombak yang tak segan menabrak karang
Karena memang itulah takdir yang harus dilaluinya
Tak kenal perih
Tak kenal pedih

Aku belajar
Tentang nyamuk yang tak henti mengganggu
Meski orang mencaci makinya
Meski harus berhadapan dengan ancaman kematian
Tapi ia tegar
Berani

Aku belajar
Tentang suara
Tak pernah mati
Selalu berputar
Selalu ada, namun tak terlihat

Aku belajar
Tentang harapan
Tak pernah mati
Tak kunjung datang
Namun selalu ada dalam sanubari

Aku belajar
Tentang senyum
Penuh mentari
Semua bersinar
Bagai pelangi

Aku belajar
Tentang kamu
Yang selalu ada
Tak pernah ragu
Tak pernah lesu
Bundaku....

Rindu Khalifah

Bayangmu
Lepas
Sikapmu
Hilang
Takdirmu
Begitu nyata

Kau pergi
Kami seperti ini
Lihatlah kami
Beku
Miris
Primitif

Tak ada kehidupan
Di mata kami
Tak ada kebahagiaan
Di relung hati kami

Kebas
Perih
Rindu

Kembalilah
Walau takdir menentangmu
Tolonglah
Sinari kami
Rengkuh kami

Setan meraung girang
Kami terjatuh
Tanganmu
Ya, tanganmu
Kami butuh itu
sekarang

Kemenanganku

Kabut membentang
Raga ini sudah tak bernyawa

Pergi, kataku
Setan meronta tega
Hanya ada aku dan kamu
Lihatlah
Cahaya membias
Menembus kalbu

Aku harus pergi, teriakku
Senja semakin nyata
Kakiku beku
Tanganku terikat erat
Harus berakhir

Mulutku ternganga
Mataku berbicara

Sudah waktunya
Setan meraung tajam
Aku berteriak menang
Kakiku kebas
Tanganku terlepas
Inilah hidupku

Berbeda

Lemah
Raga ini tak berdaya
Segan
Tubuh ini tak bertenaga
Haruskah
Haruskah begini?
Mengikutimu
Kau acuh
Aku acuh
Tak begini
Bukan ini jalan kita

Masalah

Kau datang
Menghancurkan setiap detik nafasku

Kau jahat
Seperti bulan yang membenci hadirnya bintang

Kau jelek
Seperti bunga mawar yang sombong akan kecantikannya

Kau pengecut
Seperti manusia yang takut akan kematian

Kau kecil
Seperti bumi berbanding galaksi bimasakti

Kau bukan bandinganku
Kau adalah masalah
Yang tak akan hadir lagi
Dalam setiap langkahku
Aku janji

Cantik

Aku cantik
Aku tahu itu
Begitupun dirimu

Ia cantik
Aku tahu
Begitupun diriku

Kamu cantik
Aku tahu
Begitupun dirinya

Kita cantik
Ya, aku tahu
Begitupun semua

Lalu, mengapa
Mengapa menipu
Mengapa perlu ada topeng
Di matamu
Di hidungmu
Di mulutmu
Di dahimu
Di keningmu
Di pipimu
Bodoh

Gejolak

Kau
Hadir lagi
Hitam
Hatiku hitam

Kau siram
Putih lagi
Tersenyum
Melihatmu bercahaya

Ada rahasia
Di matamu yang bercahaya itu
Ada keajaiban
Yang manusia tak pernah tahu

Kala kutanya,
Siapa pembuatmu?

Kau jawab
Pembuatku hebat
Tak seperti kamu
 lemah
Tanpa daya
Pengecut

Aku tunduk
Ya, aku kecil
Tak berdaya
Tak punya nyali
Pengecut
Hampa

Kaupun semakin bersinar

Kaupun melangkah
Menutup diri
Tidak, teriakku

Siapa kamu?
Kau tersenyum
Berbalik, memberi tanda
Ya, memang dia
Petunjuk kehidupan
Cahaya kegelapan
Al-Qur’an

Mati

Dingin
Tangan ini dingin
Hangat
Aku butuh kehangatan
Tak ada kehidupan
Tak ada daya
Tak ada sinar di mataku

Mati
Bagai orang mati
Sendiri
Bagai orang ditinggal mati

Merenung
Tak ada yang bisa mengerti
Aku salah?
Tidak
Kalian salah

Aku hidup
Kalianlah yang mati

Enambelas

Denting bel menggema
Kaki kaki kecil berkejaran
Riuh taman menari bagai sang putri

Jaman berganti
Usia semakin menipis
Daya semakin tak tertandingi

Dia masih disini
menanti
entah untuk apa


entah menunggu apa
hari itu
hari ke-enambelasd ia pergi
menyisakkan sendu di lubuk hati


hari ini
aku tegar



---belajar menulis ^^--------

MELODI CINTA

melodi cinta yang harmonis
mengajak siapa saja untuk mendekatinya
bahkan tak sadar ingin memilikinya

dalam setiap kesederhanaannya
kemuliaan yang dimilikinya
cinta kasih tulus tak terkira
indah dan begitu mempesona

semakin malam hatipun semakin larut
cinta dan kasih mulai terpaut
mengantar melodi indah itu
menuju penghujung hari
menjelang esok

harmonisasi puisi
bukan,
itu bukan puisi
sesuatu,
yang lebih indah dari hanya sekedar puisi

akhirnya
sampailah pada penghujung
harmonisasi tartil
mendedangkan ayat ayat Sang Khalid
indah
dan mempesona…

tak akan bosan,
sekalipun terus berulang
tak akan hilang
walau sering dirajam jaman


karena makna
tak akan pernah sirna

karena melodi cinta
bukan hanya tentang dunia
tetapi sebuah cerita
tentang istimewa
indahnya surga setelah dunia


16 NOVEMBER

16 November 1992

hari ini...
matahari malu malu tapi mau...
satu detik mengumpulkan keberanian..
dua detik enggan dan berbalik ke belakang...
detik berikutnya menampakkan wajahnya...
detik berikutnya bersembunyi dibalik awan..


burung burung pun terdiam dan membisu...
burung paling kecil berteriak..
teriakannya memecah keheningan siang...
burung yang lain ikut bersorak...
menyambut kedatangan insan yang ternanti...


alam bersujud mengobarkan takbir...
malaikat malaikat terduduk meratap ke depan..
dengan hadirnya seorang insan manusia..

manusia..
kecil...
suci..
belum ternoda...


semua berteriak mendendangkan takbir..
alam terdiam karena keagungan Tuhan...

ini dia..
bocah keCil..
beribu bahkan jutaan doa terlantun...
mendendangan harap dan asa...
akan masa depan yang indah dan mempesona..
kelak diharap ia bisa menegakkan nama Allah yang Maha Agung...
memperkuat akar islam di seluruh penjuru dunia..



dan kini anak itu
menginjak usia 17 tahun... ;D

Ketika hati berpaut dengan rumah abadi

12/10/2009

melangkahkan kaki menuju jalan kebaikan
dengan iringan doa dan restu Sang pemilik segala kehidupan
menatap langit yang kian hari makin menua
mendendangkan ayat ayat penyejuk hati

namun, sampai kapankah ini akan terjadi?
ribuan bintang menyeru kecemasan akan apa yang akan terjadi
dimana harapan dan mimpi akan terhenti?
di jalan? di rumah sakit? di sekolahan?
ataukah di rumah abadi?
tempat berlutut dan berserah setiap waktu..

kapankah semua ini akan berakhir?
hanya padaNya lah tempat semua kembali
siapkah kita?
atau hanya bualan belaka hidup kita selama ini?
atau hanya kepingan kenangan yang tiada berguna?
apa yang hendak kita beri padaNya nanti?
hanya penyesalan dan rasa berdosakah?
atau beribu airmata haru yang akan menempatkan kita di surgaNya?

airmata surga

satu persatu airmata ini terjatuh...
terhempas menuju hamparan pasir dunia....
satu persatu tetesan keringat ini jatuh membasahi bumi....
peluh dan keluh terbaca dari sudut matamu...

bertaruh dengan waktu dan jaman....
engkau mengorbankan jiwa dan ragamu....
bertaruh dengan godaan setan yang senantiasa mengujimu...
namun engkau selalu setia pada sang kekasih hati....

engkau selalu ajarkan pada kami...
apa itu cinta, kasih sayang dan pengorbanan....
cinta adalah Tuhanmu...
katamu pada kami...
dan kaupun buktikan segalanya itu benar adanya....

bunda,....
tetesan keringat dan airmatamu...
sungguh adalah kasturi surga...
yang senantiasa menyebar harum surgawi....

kelembutanmu adalah sutra yang lembut adanya...
dan hatimu adalah intan ...
yang senantiasa bercahaya di setiap saat...
dan mampu menjadi penerang di kegelapan...

bunda,
inilah bukti cinta dan kasihku pada Tuhanku...
rasa cintaku padamu...
bukti bahwa aku mencitai Tuhanku di setiap langkahku...
 

Copyright © Thipposite. Template created by Volverene from Templates Block
WP by Simply WP | Solitaire Online