Pages

Sempurna itu...

Cerpen yang dibuat pas masih jahiliyah (nah loh?!) bercanda, cerpennya nggak jahiliyah kok, hanya ingin menyampaikan bahwa rencana Allah itu tak terduga dengan penyampaian dari sisi yang berbeda…
Sempurna itu…
Kicau burung di pagi hari menyambut langkah kaki kecil seorang gadis remaja berumur 13 tahun menyongsong pagi di hari pertama tahun ajaran baru 2008/2009. Nindy, panggil saja aku. Nama yang sederhana tapi mengandung berjuta makna. Kini, aku mulai duduk di bangku kelas 8 smp. Aku tak bakal mengira bila waktu kan berputar secepat ini. Seperti baru kemarin saja aku masuk ke smp unggulan yang sekarang aku tempati. Hidupku dapat dikatakan nyaris sempurna. Aku berasal dari keluarga yang serba berkecukupan, teman temanku juga banyak dan baik sekali padaku, di sekolah aku selalu dapat nilai bagus walau aku tidak selalu mendapat peringkat pertama, tapi teman teman bilang kalau aku ini jenius. Kata teman temanku , aku adalah tipekal orang yang kritis dan serba kontroversial .Ketika orang orang mengatakan suatu hal adalah benar , aku sendiri dengan pedenya mengatakan bahwa itu salah. Dan aku tetap memegang teguh pendirianku. Ayahku adalah seorang karyawan di sebuah perusahaan besar di kota tempat tinggalku ini. Ibuku seorang Guru di salah satu SMA unggulan di Yogyakarta. Aku memiliki seorang adik perempuan, dan seorang kakak laki laki, Nanda dan Kak Riko. Nanda masih duduk di bangku SD. Sedangkan kakakku sudah kuliah dan sekarang mengambil S1nya di ITB bandung. Kakakku melanjutkan kuliahnya di ITB karena ia berhasil mendapatkan beasiswa dari UGM Yogyakarta . Awalnya dia adalah mahasiswa UGM, namun setelah 6 bulan di UGM ternyata kakakku mendapatkan beasiswa dan kesempatan untuk melanjutkan kuliahnya di ITB bandung. Lihat kan kawan ! Hidupku nyaris sempurna… tapi ada sesuatu yang membuat aku berpikiran bahwa hidupku tidaklah sesempurna yang dibayangkan orang. Kalian tau apa? Hmm… aku tinggal di keluarga yang broken home. Ayah dan Ibuku adalah sepasang orang tua yang sangat menyayangi anak anaknya. Mereka tidak pernah lupa pada anak anaknya, mereka selalu berusaha membahagiakan anak anaknya jika di rumah dan berusaha tidak berkutat dengan hal hal yang berhubungan dengan pekerjaan kantor ketika mereka sedang berada di rumah. Namun, di balik senyum mereka tersebut aku dan kedua saudaraku sadar akan apa yang terjadi. Orang tuaku bisa saja menyembunyikan ketidakakuran mereka di depan orang lain dan para tetangga , tapi tidak pada aku dan kedua saudaraku. Mereka selalu adu mulut ketika hari sudah mencapai tengah malam.ada ada saja yang mereka perdebatkan. Ketika mereka pikir aku dan kedua saudaraku sudah terlelap dalam mimpi mereka selalu mulai beradu pendapat yang berujung pada sikap “mutung” diantara keduanya. Seringnya aku bertanya pada kakak apa yang harus kami lakukan melihat tingkah ayah dan ibu yang seperti itu terus. Tapi kakak selalu mencoba menenangkanku,. Everything will be okay ….
Yah,…. Itulah kawan ketidaksempurnaan hidupku dibalik gemerlapnya cahaya sempurna dalam nyatanya mimpiku. Tapi aku tetap mencoba untuk tegar dan berusaha menghadapi hari esok ke depan. Buktinya aku masih bisa survive sampai sekarang. O…..iya … hari ini adalah hari pertamaku masuk sekolah setelah kenaikan kelas. Pagi ini seperti biasa, Randy sahabatku menjemputku di depan rumah. Pagi-pagi sekali ia sudah stand by di depan rumahku. Randy adalah sahabatku dari TK. Wah… sudah berapa tahun ya kami bersahabat? Entahlah. Hitung sendiri ya kawan… kami selalu berangkat ke sekolah bersama. Tapi kalau pulangnya kami lebih sering sendiri sendiri. Karena kami punya acara di luar sekolah masing masing. Eits,.. jangan salah kawan. Persahabatan antara aku dan Randy tidak seperti di Film film ataupun di novel novel yang sesaat lalu berubah menjadi cinta. Kami memang bersahabat cukup lama ,tapi kami selalu bisa menjaga prinsip dari awal. Kata Randy sahabat itu ga ada kata putus. Hmm, aku senang punya sahabat kayak Randy. Selain bisa ngasih nasehat yang bermutu, Randy juga suka jadi guruku kalau ada mata pelajaran yang aku kurang bisa. Maklumlah, dia itu rangking 2 paralel satu sekolah. Pagi ini dengan jaket warna hitamnya seperti biasa Randy menyapaku dengan senyum khasnya, aku akui senyumnya itu memang manis.Entah berapa gadis yang sudah jatuh terpikat oleh senyum ramah itu. Dan aku senang, Karena sampai hari ini aku masih bisa melihat senyum itu.
Pagi , jelek.” Sapa Randy sambil menyunggingkan senyum khasnya
Pagi juga , juelek.” Balasku sambil membalas senyumnya.
Seperti biasanya hari ini kami jalan kaki menuju sekolah. Maklum saja, seumur umur aku sekolah, tak pernah aku mendapat sekolah yang jaraknya lebih dari 2 km dari rumahku. Semua sekolah unggulan berpusat di kompleks sekitar rumahku dari mulai TK, SD, SMP sampai SMA. Hahaha… untuk itu aku dan Randy tak pernah susah susah untuk pergi ke sekolah pagi pagi sekali ataupun mengharuskan diri memakai kendaraan pribadi. Toh , kami juga ga perlu menyusahkan orangtua dengan mengantarkan kami pagi pagi sekali ke sekolah. Pagi ini , aku bertanya tanya , akan masuk kelas apakah aku tahun ini. Tahun lalu aku dan Randy terpisah kelas. Randy di 7-5 dan aku di 7-4. Entah , tahun ini akankah aku sekelas dengan Randy. Sesampainya di sekolah, papan pengumuman penuhnya bukan main. Huh, bagaimana bisa sekolah dengan murid sebanyak ini hanya menyediakan satu papan pengumuman yang ukurannya tidak seberapa. Perlu waktu sekitar setengah jam untuk menunggu papan pengumuman tadi sepi. Untungnya tadi Randy datang pagi pagi sekali jadi , tepat pukul tujuh kurang 10 menit, aku bisa langsung mengecek kelas baruku. Ternyata aku masuk kelas 8-1 dan Randy, sahabatku….. zink…. Huh,.. kami tidak sekelas lagi, dia di 8-2. Tapi tak apa, toh kami pernah merasakan satu kelas bersama selama 6 tahun di SD. Mengingat waktu sudah mendekati pukul 7, aku langsung bergegas memasuki kelas baruku.tak perlu susah susah mencari 8-1. Dibelokan lantai pertama aku langsung bisa melihat sebuah ruangan dengan tulisan 8-1 di atasnya. Bergegas, aku langsung memasuki ruangan itu. Dan… ihh waow… orang orang yang tak kusangka akan sekelas denganku muncul di depan mataku, duduk dengan gaya selangitnya di barisan kedua dari belakang. Febri, Catur, Antan, Firman dan biang kerok dari semua masalah Tatag. Oh no. Tuhan , apakah aku berbuat salah hari ini sehingga Kau menghukumku dengan menempatkanku bersama orang orang tak berperikemanusiaan ini? Oh God. Seketika aku langsung lemas. Temanku yang sama sama dari 7-4 dulunya langsung menghampiriku dan mengajakku duduk bersamanya. Namanya Lia. Dia adalah temanku yang sama sama dari 7-4. Tanpa bertanya Lia langsung bisa membaca ekspresi wajahku pagi ini. “Sudahlah, toh kalo kita nggak ganggu mereka, mereka juga nggak akan ganggu kita.” Bisik Lia. Aku hanya bisa membalasnya dengan senyuman.
Tak disangka , hari ini begitu cepat berlalu.Entah,tak disangka sangka aku sudah terbaring di atas kasur kamarku. Mencoba kembali merenungi apa yang aku alami pagi ini. Mulai dari aku di putuskan masuk 8-1 , berpisah dengan Randy, bertemu orang orang jelek tadi dan melewatkan seharian di kelas bersama lelucon paling nggak bermutu mereka. Fyuh, apa aku bisa tahan ya melewati 2 semester ke depan bersama orang orang pembawa masalah kayak mereka? Maybe yes, maybe no. ditengah tengah perenunganku akan kengerian yang akan kuhadapi 2 semester ke depan, tiba tiba handphone Nokia 6600ku berdering dan she will be loved-nya Maroon 5 pun mengalun. Ternyata telpon dari Ibuku. Seketika, refleks pun langsung ku angkat telpon dari Ibuku. Ternyata Ibuku hanya mau bilang hari ini Ayahku tidak akan pulang dan mungkin juga beberapa hari ke depan karena beliau ditugaskan untuk melakukan survey ke perusahan perusahaan yang akan mengadakan kerjasama dengan perusahaan tempat ayahku bekerja. Fyuh, Tuhan cobaan apa lagi ini? Tanpa berkata apa apa lagi, Ibuku langsung menutup telponnya. Tumben tumbenan Ibu langsung menutup telpon secepat itu tanpa berkata kata terlebih dahulu. Biasanya beliau berbasa basi sebentar dan menanyakan keadaan sekolahku. Tapi kali ini,…. Aneh. Ah sudahlah, pikirku. Mungkin Ibu sedang stress menghadapi murid-muridnya yang bandelnya bukan main. Ya… kayak tatag cs gitu deh.
***
Pagi ini seperti biasa , pukul 06.00 tepat aku sudah siap untuk berangkat ke sekolah. Walau sekolahku terbilang dekat tapi dari kecil aku selalu terbiasa berangkat pagi ke sekolah dan berjalan kaki tentunya. Kalian takkan bisa merasakan sensasi berjalan kaki ke sekolah itu sangat menyenangkan apalagi kalau ditemani sahabat kalian sendiri. Ngomong ngomong soal sahabat,….. sekarang jam sudah menunjukkan pukul 06.15 , tapi Randy tak kunjung datang juga. Tiba tiba saja terdengar lagu “ the show” milik Lenka mengalun merdu… beberapa detik kemudian baru kusadari itu adalah bunyi nada dering smsku. Segera langsung kuambil handphone 6600ku di dalam tas, dan sesuai duganku … sms dari Randy. Ternyata Randy tidak masuk hari ini, karena tiba tiba ia harus pulang ke kampungnya di Magelang karena ternyata tiba tiba kakeknya jatuh sakit. Dan ia terpaksa ijin sekolah sampai kakeknya merasa baikan. Its okay,… memang seharusnya begitu pikirku. Lagian Randy tergolong anak palin rajin di sekolah-untuk seukuran cowok yang lagi puber tentunya-karena dia selalu berangkat sekolah dengan rajin. Paling – paling dia pernah tidak berangkat sehari karena ia sakit panas. Setelah kurang lebih lima menit berlalu dalam lamunanku , kusadari aku harus segera bergegas berangkat sekolah. Kumasukkan handphone Nokiaku ke dalam tas lagi ,tentunya tak lupa kuset ke dalam modus silence sebelum kumasukkan ke dalam tas mungilku ,yang baru kubeli 2 minggu lalu. Segera bergegas aku berangkat ke sekolahku yang jaraknya tidak lebih dari 1 kilometer. Hari ini awan sedikit mendung, warung warung pun tumben belum buka, pikirku. Tapi aku tetap saja bisa merasakan hangat dan ramahnya senyum para tetangga pagi ini di tengah tengah dinginnya hari menjelang hujan. Sampai di perempatan , kulihat masih belum ada polisi yang bertugas mengatur lalu lintas di jalan. Maklum polisi Indonesia kan…..dan juga kulihat banyak sekali motor yang melanggar rambu lalu lintas. Aku sendiri sering bingung dan berpikir kenapa sampai sekarang aku masih bisa selamat melintasi perempatan yang notabene pengguna jalannya sering melanggar rambu lalu lintas. Ck ck ck,.. kutunggu lampu lalu lintas memunculkan warna merahnya sampai aku berani untuk menyeberang ke sisi seberang jalan. Ketika lampu sudah menunjukkan warna merah, akupun mulai menyeberang dan tiba tiba dari sisi sebaliknya kudengar ada suara motor yang sedang melaju kencang dan DUAR… aku kaget …. Aku nyaris mati… aku terserempet… motor itu tidak apa apa tapi kucoba mengumpulkan keberanian untuk melihat wajah si pemilik motor. Astaga… matanya merah.. mulutnya menggumamkan sesuatu yang tidak jelas… sepertinya ia baru saja pulang dari pesta minum minum. Seketika aku langsung meminta maaf - walau aku tahu itu bukan salahku - padanya dan tanpa berbasa basi aku langsung tancap kaki. Aku tidak mengira akan ada kejadian seperti ini. Kejadiannya begitu tiba tiba. Dan aku benar benar tidak percaya. Kukesampingkan tas selempangku ke lengan sebelah kiri dan auw… kurasakan siku kananku terasa sakit sekali. Kulihat siku kananku dan ternyata tak kusadari sedari tadi sikuku berdarah. Kupikir mungkin terkena salah satu bagian dari motor tadi. Beruntung sekali, sekolahku hanya berjarak beberapa meter lagi dari tempatku terserempet tadi. Sesampainya di sekolah aku langsung menuju kamar mandi dan membersihkan lukaku. Setelah sekiranya bersih , aku langsung masuk ke kelasku. Semua orang tidak menyadari kedatanganku sewaktu aku masuk ke ruangan kelasku .apalagi menyadari bahwa aku baru saja terkena kecelakaan kecil tadi pikirku. Hanya Lia yang menanyakanku kenapa aku terlihat sedikit pucat. Kuceritakan yang sebenarnya padanya. Dan benar tebakanku. Ia langsung menyuruhku untuk mengobati lukaku di UKS tapi aku langsung menolaknya mentah mentah dengan alasan sebentar lagi bel masuk akan berbunyi. Ia pun dengan segera mengerti keputusanku. Seluruh anak 7-4 sudah mengenalku sebagai seseorang yang bila sudah memutuskan sesuatu sulit untuk diganggugugat untuk itu tak heran kalau Lia tak meributkan lagi masalah UKS tadi.
***
Detik demi detik berlalu, dan tanpa kusadari bel jam pulang sekolahpun berbunyi. Beruntunglah aku, hari ini tidak ada undangan rapat OSIS yang beredar, biasanya undangan rapat yang datang dari organisasi sekolahku selalu datang pagi pagi sekali sebelum masuk sekolah dan siangnya adalah jadwal rapat. Ya… ngapain pake undangan…. Betul kawan itu juga yang ada dalam pikiranku. Hari ini aku memutuskan untuk langsung pulang ke rumah. Hari ini aku terlanjur capek dan bad mood gara gara kejadian tadi pagi. Setelah sampai di rumah, tak segan segan aku langsung pergi ke tempat tidurku. Dan beberapa detik kemudian , aku sudah terlelap dalam tidurku dengan masih menggunakan seragam sekolahku. Sekitar 45 menit kemudian , aku terbangun – lebih tepatnya terpaksa terbangun - karena aku mendengar suara ribut dari ruang keluarga. Sepertinya aku mendengar suara Bibi Rani, Bibi Rose, Paman Ridwan dan Kak Rahma. Aku bergegas turun dari tempat tidurku dan menuju ruang keluarga. Ketika aku sampai, aku sangat kaget. Ibuku sudah terjatuh tak berdaya di lantai sambil menangis tak henti hentinya. Disampingnya ada Kak Rahma yang mencoba menenangkan Ibu, disamping Kak Rahma ada Nanda, adik kandungku. Di pojok ruang keluarga, berdiri Kak Riko sambil memegang kepalanya seperti menahan sesuatu dalam pikirannya. Amarah … mungkin, kataku dalam hati. Di tengah tengah ruang keluarga , ada Bibi Rina dan Bibi Rose yang saling berbisik melihat aku bingung akan apa yang terjadi. Di sebelah Kak Riko , berdiri Paman Ridwan yang sedang membawa surat kabar.
Bibi Rose, apa yag sedang terjadi ?” tanyaku tanpa mengulur waktu lebih lama lagi.
Sayang, ini adalah situasi yang sulit. Mungkin kamu akan bingung memahaminya.” Jawab Bibi Rani
Benar Nin, sekarang benar benar situasi yang sulit. Dan kami tidak bisa mengatakan apa apa padamu sekarang, sayang.” Sambung Bibi Rani
Ada apa sebenarnya, Bi? Aku benar benar ingin tahu. Kumohon ,Bi. Apa yang membuat Ibu menangis seperti itu? Bibi, kumohon.” Tak kusadari airmataku terjatuh walau aku tak tahu apa yang sedang terjadi.
Kami benar benar tidak bisa memberitahumu, Nak.”
Kumohon , Kumohon semuanya.”
Sungguh , Nak. Cukuplah kami yang merasakan masalah ini.”
Kak Riko, ada apa ini? Kasih tahu Nindy, Kak!” pintaku sambil memohon mohon pada Kak Riko . Namun Kak Riko hanya menggeleng-gelengkan kepala.
Kumohon semuanya.”
Seberapa besar kamu ingin mengetahui masalaah ini, Nak. Dan apa alasanmu yang membuatmu begitu yakin ingin mengetahui masalah ini? Sambung Paman Ridwan yang sedari tadi berdiri, kini mulai duduk disampingku. Sepertinya tak tahan lagi untuk menceritakan masalah yang sedang terjadi. Walau kutahu seketika refleks Bibi Rose dan Bibi Rani langsung mengejang.
Apa yang salah kalau aku tahu masalah apa yang sedang kalian bicarakan? Bukankah kita ini keluarga? Aku bukan ingin mengetahui masalah apa yang sedang terjadi tapi aku harus tahu apa yang sedang terjadi. Kumohon. Masalah apa yang membuat anak 13 Tahun tidak boleh tahu sedangkan adikku yang berumur 8 tahun saja boleh tahu?”
Okay. Apapun yang terjadi Paman harap kamu bisa bersikap bijak dalam menghadapi masalah ini. Bukan malah mencontoh Kakakmu itu. Yang jelas jelas tidak bisa dijadikan teladan yang baik.” Seru Paman Ridwan
Seketika aku merasakan, semua mata tertuju pada Kak Riko sekarang. Aku hanya bisa merenungi masalah apa yang sebenarnya terjadi sehingga membuat Kak Riko lepas kendali akan amarahnya. Apa? Teriakku dalam hati. Pertanyaanku yang berkecamuk dalam kepalaku akhirnya terjawab dalam waktu 1 jam. Paman Ridwan menjelaskan semuanya. Walau aku sadari, ada beberapa bagian cerita yang sengaja ditutupi. Seketika airmataku menetes. Aku kaget mendengar berita ini. Aku terjatuh dari kursi yang sedari tadi menopang berat tubuhku. Ini tidak mungkin terjadi pikirku. Sekarang aku mengerti kenapa Kak Riko tidak bisa menahan amarahnya. Ayah… panggilku dalam hati. Kini Ayahku mendekam di sel tahanan. Siapa yang berani menfitnah ayahku, teriakku. Selama ini Ayahku tidak pernah berbuat macam-macam. Tangisku meledak nyaris saja aku pingsan. Ya… inilah alasan Bibi tidak mau memberitahuku tadi… aku lemah, sangat lemah… Aku rindu Ayahku..Aku sangat rindu Ayahku. Teringat kembali dalam memoriku, hari dimana Ayah berpamitan pada keluarga kami untuk survey perusahaan. Tapi kini, …aku salah memperbolehkan Ayahku pergi. Ayah… panggilku sambil menangis.Tapi terlambat, semuanya terlambat. Tiba- tiba aku merasakan sentuhan hangat menyapu wajahku, menghapus semua air mataku…
Sayang, siang ini.. Bibi dan Paman juga Kak Riko akan mengunjungi Ayahmu, nak.” Kata Bibi Rose sambil menenangkanku
Bi, boleh Nindy ikut?” tanyaku sambil terbata bata
Berjanjilah pada kami, bahwa kamu akan kuat menghadapi apa yang terjadi nanti.” Pinta Bibi Rose
Akupun hanya bisa mengangguk-anggukan kepala tanda mengiyakan. Akupun segera bergegas mengganti pakaian seragamku dengan kemeja dan celana jeans yang ada dalam lemariku, kemeja itu berwarna biru muda dengan paduan warna putih dan biru muda yang selang seling,.. kemeja itu adalah hadiah yang Ayah berikan kepadaku karena aku berhasil masuk lima besar tahun kemarin. Tak terasa, airmataku kembali jatuh. Akupun segera mengusapnya dan segera kembali ke ruang keluarga. Di sana sudah ada Kak Riko yang menggunakan kaos kesayangannya – dulu aku sering terkagum kagum ketika Kakakku memakai kaos kesayangannya itu karena ia terlihat begitu tampan,kini aku tidak bisa berpikir jernih . Seluruh pikiranku tertuju pada Ayahku. Aku benar benar takut, kalut.- dan disampingnya sudah ada Paman Ridwan, Bibi Rose , dan Bibi Rani yang memang sedari tadi sudah siap untuk pergi. Seakan tak ingin kehabisan waktu kamipun langsung bergegas masuk ke dalam mobil Nissan milik Pamanku. Jarak kantor polisi dengan rumahku memang cukup jauh. Namun, kompleks perumahan kamipun selalu aman, karena dijaga satpam yang selalu berkeliling untuk menjaga keamanan. Tiba-tiba tangan Kak Rikopun menggenggam tanganku. Mencoba menenangkanku, pikirku.Padahal menurutku Kak Rikolah kini yang membutuhkan rasa tenang itu. Akhirnya kamipun sampai di halaman kantor polisi yang menahan Ayahku. Kurasakan tangan Kak Riko semakin erat menggenggam tanganku. Akhirnya kamipun turun. Kantor Polisi itu lumayan besar dengan cat berwarna coklat muda atau mungkin kuning tua. Entahlah. Sekarang ini pikiranku hanya tetuju pada Ayah. Paman segera bertanya pada para polisi yang sedang duduk duduk di depan masjid sebelah barat kantor utama yang tadi kulihat. Mengingat bahwa kami datang pas waktu ashar , tak heran banyak sekali polisi yang berkumpul di halaman ini. Polisi yang sepertinya paling sepuhpun langsung berdiri dan menuntun kami menuju sebuah kantor kecil yang terletak di timur kantor utama. Dengan segera, kamipun masuk. Disana kami dipersilahkan duduk. Kami berlima-Aku, Bibi Rani, Bibi, Rose, Paman Ridwan, Kak Riko- mengitari sebuah meja kecil yang diatasnya tergeletak tumpukan kertas kertas dan surat.Paman Ridwanpun langsung bertanya pada polisi yang sekarang duduk di depan kami.
Maaf, pak. Apa benar 4 hari yang lalu Pak Dharma Wijaya telah ditangkap dan sekarang ditahan di kantor ini?”
Sebentar ya pak. Saya cek dulu.” Jawab polisi itu sambil membuka sebuah buku – daftar nama nama tahanan, pikirku- dan mulai membacanya satu per satu. Tiba tiba polisi itu seperti memberi bahasa isyarat yang kami artikan bahwa benar Ayah ada di sini. Kembali, airmataku meleleh… tapi dengan segera kuhapus karena kutahu aku harus tegar.
Ada hubungan apa Bapak dan Ibu dengan Pak Dharma Wijaya?” tanya polisi itu yang sepertinya raut wajahnya mulai menghalus
Ya, kami adalah keluarganya. Saya adalah Kakaknya. Ini mereka adalah Adiknya. Dan 2 anak remaja ini adalah anak- anaknya.” Jelas Paman Ridwan
Oh,… begitu. Untuk apa bapak dan Ibu datang kemari? Jam jenguk untuk para tahanan sudah habis dari tadi, Bapak dan Ibu sudah tidak bisa menemui tahanan jam ini.” tanya polisi itu lagi
Seketika tubuhku langsung melorot dari posisi dudukku tadi – kaget mendengar kata kata polisi tadi- seketika langsung kuperbaiki posisi dudukku seperti tadi.
O, begitu.. Maaf kalau begitu kami memang terlambat . Tujuan kami disini memang untuk menemui Pak Dharma. Tetapi kami juga ingin tahu apa sebenarnya yang terjadi pada Pak Dharma?”
Kebetulan saya ikut menggrebek transaksi yang dilakukan Pk Dharma di Bogor waktu itu.”
TRANSAKSI ?” tanya Kak Riko setengah kaget setengah tak percaya.
Ya, benar. Sebenarnya, ada beberapa saksi yang mengatakan bahwa Pak Dharma sesungguhnya hanya dijadikan kambing hitam dari kejahatan yang dilakukan Direktur perusahaannya. Kasus yang menimpa Pak Dharma adalah penggelapan uang perusahaan.” Jelas polisi itu sambil menarik nafas dan melanjutkan kembali penjelasannya.
Kusadari tubuhku semakin melorot dari tempat dudukku. Langsung kuperbaiki lagi posisi dudukku seperti semula.
Beberapa saksi mengatakan bahwa setahu mereka Pak Dharma hanya disuruh untuk melakukan survey perusahaan di beberapa perusahaan yang akan menjalin kerjasama dengan perusahaan tempat Pak Dharma bekerja. Kata para saksi, begitulah kata Pak Dharma ketika ditanyai. Tapi 4 hari yang lalu, polisi menangkap Pak Dharma di sebuah hotel berbintang di Bogor sedang melakukan sebuah transaksi illegal, lebih tepatnya kami menemukan Pak Dharma sedang berada di samping Direkturnya yang sedang melakukan transaksi dengan 3 orang yang tidak kami kenal waktu itu. Dugaan kami mereka sedang melakukan penggelapan dana perusahaan. Karena pada waktu itupun kami tidak menemukan bukti seperti Narkoba atau sejenisnya. Ditambah bukti dari pakaian yang dikenakan orang orang tersebut jelas jelas adalah orang kantor. Kamipun menangkapnya. Namun, dari interogasi yang kami lakukan 2 hari yang lalu, semua tuduhan dan bukti menjurus pada sang Direktur, dan Pak Dharma sendiri sepertinya juga punya alibi mengapa saat itu dia di sana. Dan ditambah lagi, Pada saat penggrebekan yang kami lakukan 4 hari yang lalu, Kami tidak menemukan setitikpun raut ketakutan pada wajah Pak Dharma. Yang ada pada saat itu hanya bingung saja. Dan iapun tidak melawan ketika dibawa ke kantor polisi. Pak Dharma kemarin mencoba menjelaskan alibinya , kenapa pada saat itu ia disana bersama orang orang itu. Dan peryataannya sepertinya cukup diterima oleh para polisi yang mengiterogasinya kemarin. Kini Pak Dharma baik baik saja, pak. Tak usah khawatir. Pak Dharma benar benar baik baik saja”
Kini seluruh tubuhku benar benar melorot dari posisi dudukku yang tadi. Tangan kananku memegangi ujung kursi supaya aku tidak terjatuh dan tangan kiriku memegang kepalaku. Kepalaku rasanya berdenyut- denyut dan rasanya ingin pecah. Aku bingung , aku ingin teriak tapi aku ingin tersenyum, tapi aku juga ingin menagis. Oh… Tidak. Terlalu banyak pikiran, pikirku. Akupun baru menyadari bahwa aku tidak sendirian di sini, kutengok sebelah kiriku ada Bibi Rose dan Bibi Rani yang tak kuasa menahan tangisnya dan senyum bahagianya mendengar pernyataan polisi tadi. Di sebelah kananku kulihat Paman Ridwan membisikkan sesuatu pada Kak Riko , dan Kak Rikopun langsung tersenyum. Aku benci keadaan ini. Penipu penipu itu telah menipu Ayahku, dan kini mereka akan merasakan akibatnya. Aku bersyukur Ayah baik baik saja dan masih bisa menunjukkan ketenangan dan kejujuran hatinya pada para polisi yang ada di sini. Tapi , aku tetap tidak bisa tenang sebelum Ayahku benar benar terbebas dari sini dan berkumpul lagi bersama keluarga di Rumah. Akhirnya kuberanikan diri untuk bertanya setelah beberapa menit lamanya ruangan itu hanya diisi suara tangis dan gelak tawa bahagia.
Lalu, Ayah saya benar benar bisa bebas kan , Pak? Dan kamipun bisa berkumpul kembali.” Tanyaku memberanikan diri
Tentu, Nak. Saya juga yakin Ayahmu pasti orang baik.” Jawab polisi itu
Lalu, harus menunggu berapa lama lagi kami bisa berkumpul kembali, Pak?” Tanyaku tidak sabaran
Secepatnya, tinggal tunggu apa keputusan yang nanti diambil oleh tim yang menangani kasus Ayahmu ini, Nak. Berdoalah semoga Ayahmu akan baik baik saja.”
Tanpa ragupun aku langsung mengangguk-anggukkan kepalaku. Kini aku benar benar bahagia. Semuanya berakhir dengan tenang. Tak sabar rasanya aku ingin segera pulang dengan kabar gembira ini. Ibu pasti akan senang atau bahkan menangis saking bahagianya. Entahlah. Aku terlalu lelah. Teringat lagi kejadian tadi pagi. Awan mendung, semua tempat tutup, Jalanan sepi, dan sampai meregang nyawa dengan keserempet motor , itu semua pertanda bahwa hari ini aku akan mengalami kejadian yang tak pernah terlintas sedikitpun dalam benakku. Oh, Tuhan.
***
Pagi harinya,Randy ternyata sudah pulang dari perjalanan pulang semalaman dari Magelang yang membuatnya sedikit kecapekan – terlihat kantung matanya yang melebar, begitu terlihat, aku bisa menebak pasti semua gadis di sekolahku langsung menjerit dan melompat ke Randy dan berkata : “ Randy, are you okay?” – dan ia langsung menghampiriku dengan wajah penuh rasa bersalah.
Maaf, kemarin aku nggak bisa jemput.Bener- bener dadakan banget ngasih tau ke kamunya , Maaf.” Pintanya dengan wajah manisnya
Its okay. Hei, aku bakal maafin kamu kalo kamu dengerin semua kisahku yang barusan aja terjadi kemarin.” Kataku. Aku benar benar butuh seseorang yang bisa kubagi beban sekarang ini.
Emang kemarin ada apa ya?” tanya Randy antara ingin tahu dan ngejek seperti biasanya.
Setelah kuceritakan semua keluh kesahku dan beban yang ada di pundakku pada Randy. Kini, lukaku sedikit terobati. Walau, tadi Randy sempat tidak percaya pada ceritaku dan bersikeras mengancam kalau aku berbohong dia akan membenciku selamanya. Dasar Randy, pikirku. Namun, sejurus kemudian ia langsung percaya dan kembali mendengar ceritaku. Randy memang orang yang betul betul mengerti aku. Dia bisa menenangkanku hanya dengan kata katanya. Bahkan hanya dengan senyumnya. Kini, tinggal menunggu, kapan hari bahagia itu tiba. Kapan Ayahku akan pulang dengan senyum bahagianya dan menonton film bersama seperti sebelum sebelumnya yang telah dilakukan.Dan kapan Ayah dan Ibuku akan seperti dulu lagi… Saling menyayangi dan tidak pernah bertengkar lagi… Dan aku akan selalu menunggu hari itu tiba…… Dan menunggu sempurna itu menyelimuti keluargaku……

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright © Thipposite. Template created by Volverene from Templates Block
WP by Simply WP | Solitaire Online