Pages

Review Lovhobia


Judul : Lovhobia
Penulis : Elsa Puspita
Penerbit : Bentang Belia

Aku benar-benar nggak ngerti ada orang yang menolak kenyataan. Fakta kalau memang sedang dilanda cinta. Sebegitu takutnya jatuh cinta? Atau mungkin aku yang ge-er, ya? Tapi, aku yakin kok, Gefan, cowok kaku-dingin-serem itu sebenarnya juga ada rasa sama aku.
Jadi muncul banyak pertanyaan di benakku. Mungkin masa lalunya yang kelam membuatnya selalu menolak hangatnya persahabatan, menghindari perasaan yang muncul setelah itu? Cinta mungkin? Eh, lama-lama aku ngelantur.
Jadi, aku harus gimana, nih? Tetap memperjuangkan dia? Atau menunggunya tanpa kepastian? Lagi dan lagi, pertanyaan tanpa jawaban


Sekilas saya pikir membaca novel ini akan sama rasanya seperti membaca novel-novel bentang belia lainnya atau teenlit. Lalu ketika membaca hingga bagian konflik mulai muncul, saya menyadari bahwa novel ini sepertinya tidak ditujukan hanya untuk usia belia. Perpaduan antara konflik keluarga, persahabatan dan romance. Gefan dikisahkan sebagai sosok laki-laki yang dingin dan menderita semacam lovhobia- saya nggak tau sakit seperti ini beneran ada atau enggak- dan dibalik sikap dingin dan premannya ia menyimpan banyak kepahitan hidup. Ayah dan Ibunya menikah dengan dikaruniai cinta yang begitu besar, namun suatu ketika pernikahan mereka berada di ujung tanduk. Gefan yang tak mengerti apa-apa karena masih kecil, ia hanya mengartikan tangis Ibunya sebagai tanda bahwa ayahnya telah mengkhianati Ibunya. Cukup mengharukan jika menyelami emosi ayah dan anak di novel ini. Saya percaya bahwa ada emosi seperti itu di dunia, entah kenapa kebencian Gefan begitu nyata. Mungkin keunikan dari novel ini, Elsa membuat cerita ini lebih banyak dari sudut pandang tokoh laki-laki. Ketika sebagian besar penulis beramai-ramai menulis dengan point of view kesakitan tokoh utama perempuan, Elsa melakukan sebaliknya. Novel ini nggak lebay, emosinya terasa pas. Gefan dihadirkan dengan pemikiran-pemikirannya yang masih terkurung dalam kesedihan dan penglihatan masa lalu. 

Aura adalah seorang mahasiswi penggemar playstation dan mahir membuat karikatur. Ia bersahabat dengan Lanna, yang tidak lain juga satu-satunya teman dekat Gefan. Pertemuan yang terjadi antara Aura dan Gefan secara kebetulan di acara kampus membuat mereka jadi dekat. Tidak seperti tokoh gadis yang malu-malu menyatakan suka pada pangeran berkudanya, Aura dihadirkan sebagai sosok yang agresif dan blak-blakan. Persahabatan yang dibangunnya dengan Gefan terasa begitu alami. 

Overall, novel ini bagus. Banyak novel segenre yang isinya cuma itu-itu aja yang sering bikin saya sebel sendiri karena udah bisa ketebak jalan ceritanya dan biasanya butuh waktu lama sekali untuk menyelesaikannya. Novel ini berbeda dengan caranya sendiri, saya hanya butuh waktu dua jam kurang untuk selesai membacanya. Selamat membaca.


0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright © Thipposite. Template created by Volverene from Templates Block
WP by Simply WP | Solitaire Online